Misa Virtual: Menambah Spiritualitas Pribadi Namun Miskin Solidaritas Sosial (Rm. Kasmir Nema, SVD dan Rm. RD Benny Denar) (1)

Pengantar

http://www.heraldmalaysia.com/news/umat-filipin
 Paus Benediktus XVI,   dalam pesannya pada    Hari Komunikasi ke   44, meminta para imam untuk memusatkan perhatian mereka kepada komunikasi digital dalam pelayanan injil untuk menjawab kebutuhan masyarakat digital. Dia menegaskan “Dengan demikian, para imam ditantang untuk mewartakan injil dengan menggunakan generasi teknologi audio visual yang paling mutakhir (gambar, video, fitur animasi, blog, dan Website) yang seiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog evangelisasi dan katekese.“ (Pope Benedict XVI, "The Priest and Pastoral Ministry in a Digital World)

Gereja tampaknya sudah membuka diri terhadap perkembangan teknologi digital modern dengan meningkatnya penggunaan media yang disebut di atas untuk karya-karya pastoral, termasuk di dalamnya penggunaan media sosial. Teranyar, semenjak merebaknya pandemi Covid-19, pemimpin gereja Katolik mengajak seluruh umat Katolik mengikuti perayaan Ekaristi secara daring/online (Komisi Kongregasi Ibadat Suci Vatikan mengeluarkan dekrit khusus tentang perayaan Paskah 2020). Sebagai praktik liturgi baru di dalam gereja Katolik, terutama gereja di Indonesia, misa daring menimbulkan beragam tanggapan, terutama dari anggota jemaat gereja Katolik. 

Riset sederhana diadakan oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui persepsi umat tentang misa daring. Pertanyaan yang dilontarkan adalah apakah Ekaristi sebagai perayaan keselamatan masih bisa dialami saat umat mengikuti misa daring. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah menganalisa pertumbuhan iman umat di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan tujuan tersebut, maka objektif riset ini adalah mencari tahu sejauh mana misa daring yang difasilitasi oleh teknologi komunikasi meningkatkan pertumbuhan iman umat. 

Riset ini diikuti oleh 162 (seratus enam puluh dua) responden, berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Metode pengumpulan data adalah, pertama, peneliti menyebarkan pertanyaan-pertanyaan ke responden melalui aplikasi WhatsApp dan Messenger. Kemudian, responden menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara online menggunakan google form. 

Pembahasaan riset ini dibagi dalam empat segmen utama, yaitu partisipasi umat dalam misa daring, perasaan iman umat terkait kehadiran Tuhan dalam misa daring, pengaruh misa daring terhadap solidaritas kristiani, lalu ditutup dengan catatan, kesimpulan dan harapan. 

Hasil dan Pembahasan

Partisipasi Umat Dalam Misa Daring

Pemahaman doktrinal dari perayaan Ekaristi dalam gereja Katolik adalah Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup kristiani (Lumen Gentium, 11). Sebagai sumber keselamatan dan kulminasi iman, Ekaristi dirayakan, baik harian maupun mingguan, oleh imam atau uskup bersama umat beriman.

Salah satu aspek penting dalam setiap perayaan Ekaristi adalah partisipasi aktif umat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ada tiga pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan partisipasi umat, yakni partisipasi kuantitatif (berapa kali mereka telah mengikuti misa daring), kualitatif (bagaimana dan sejauh mana mereka berpartisipasi, apakah mereka mengikuti aturan-aturan liturgis dan dengan siapa mereka berpartisipasi dalam misa daring). 

Forms response chart. Question title: 1. Berapa kali Anda menghadiri misa daring dengan cara live streaming?. Number of responses: 163 responses.
Grafik 1
Dari 162 (seratus enam puluh dua) responden yang berpartisipasi dalam survei, secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari mereka tergolong rajin mengikuti perayaan Ekaristi secara online. Terdapat 80,9 persen responden yang mengakui telah mengikuti misa secara daring sebanyak 1 sampai 5 kali. Angka ini cukup baik mengingat misa daring di Indonesia baru dimulai sejak adanya himbauan pemerintah untuk beribadah di rumah, sejak penyebaran Covid-19, pertengahan bulan Maret 2020. Data ini menunjukan bahwa sejak ditiadakannya misa di gereja atau kapel, sebagian besar responden langsung mengikuti misa daring. 

Bahkan, 10,5 persen responden mengikuti misa daring lebih dari 5 kali. Data ini bisa saja berubah, seandainya responden menjawab survei setelah perayaan Paskah 2020, yang diyakini terdapat lebih banyak kesempatan misa daring yang sudah bisa diakses umat.

Di dalam grafik-grafik berikut, angka pada skala 0-4 mewakili jawaban responden untuk setiap pertanyaan. Angka 0 = Tidak Pernah; 1 = Jarang; 2 = Kadang-kadang; 3 =  Sering; 4 = Selalu.

Sementara berhubungan dengan partisipasi aktif di dalam misa daring, data menunjukan bahwa sebagian besar responden (71 persen) mengikuti dengan tingkat partisipasi yang baik dan dengan penuh kesadaran. Artinya, mereka mengikuti perayaan Ekaristi dari awal sampai akhir dan berusaha mengambil bagian secara aktif. Mereka turut bernyanyi, mendengarkan sabda Tuhan, turut berdoa, dan memperagakan sikap liturgi sebagaimana mereka mengikuti perayaan Ekaristi dalam situasi normal (di gereja atau kapel). 

Forms response chart. Question title: 2. Apakah Anda mengikuti misa daring secara penuh dari awal hingga akhir?. Number of responses: 163 responses.
Grafik 2
Pertanyaan ketiga berhubungan dengan dengan siapa umat berpartisipasi; apakah mereka mengikuti misa daring sendiri atau bersama orang lain, misalnya, anggota keluarga yang lain. Data menunjukan bahwa, sebanyak 77 responden (47,5 persen) mengikuti perayaan tersebut bersama anggota keluarga yang lain. Tetapi, ada juga mereka yang mengikuti misa daring sendirian yaitu sebanyak 32 responden (19,8 persen).
Forms response chart. Question title: 3. Apakah Anda mengikuti misa daring bersama dengan anggota keluarga yang lain?. Number of responses: 163 responses.
Grafik 3

Pertanyaan keempat berhubungan dengan jawabannya umat saat misa daring. Data menunjukan bahwa 123 responden (76,9 persen) mengatakan bahwa mereka selalu menjawab imam selama perayaan berlangsung seperti halnya ketika mereka mengikuti misa normal di gereja atau kapel. Terdapat 14 responden (8,6 persen) mengatakan bahwa mereka ssering menjawab, diikuti 9 responden (5,6 persen) yang kadang-kadang saja menjawab dan 8 orang (4,9 persen) yang jarang sekali menjawab imam saat misa berlangsung. Sementara itu, ada 8 orang (4,9 persen) yang tidak berpartisipasi atau sama sekali tidak menjawab apa-apa selama perayaan berlangsung.

Forms response chart. Question title: 4. Apakah saat menghadiri misa daring Anda menjawab Imam seperti saat menghadiri misa di gereja/kapela? Contoh: umat menjawab "Dan sertamu juga" setelah Imam menyampaikan salam pembuka.. Number of responses: 163 responses.
Grafik 4
Berhubungan dengan sikap liturgis, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara misa daring dengan misa riil di gereja atau kapela. Sikap liturgis, seperti duduk, berdiri, dan berlutut, yang sering dipraktekkan ketika mengikuti misa di gereja atau kapel, ternyata tidak serta merta dipraktekan saat mereka mengikuti misa daring. Hampir separuh responden mengaku bahwa mereka sama sekali tidak pernah mempraktikan sikap liturgis tersebut selama misa daring berlangsung. Meski demikian, sebanyak 30 responden (18.5 persen) mengaku bahwa mereka selalu mengikuti sikap liturgis. Data tersebut diikuti oleh 26 responden lainnya (16%) yang kadang-kadang saja mengikuti sikap liturgis selama mengikuti misa daring. Kemungkinan selebihnya umat mengambil sikap duduk sepanjang misa daring berlangsung. 

Perasaan Iman Umat Terkait Kehadiran Tuhan Dalam Misa Daring

Salah satu aspek fundamental perayaan Ekaristi, sebagai perayaan soteriologis, adalah aspek Kristologis. Dimensi ini merujuk pada pertama-tama fakta historis Ekaristi yang dirayakan dan ditetapkan Yesus bersama muridNya pada Perjamuan Malam Terakhir. 

Dimensi Kristologis ini dipertegas oleh Konsili Vatikan II, di dalam Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium: 
Ekaristi ditetapkan oleh Yesus sebagai kenangan akan diri-Nya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya” di atas kayu salib. Apa yang dirayakan oleh Gereja saat ini sebagai kenangan akan karya penyelamatan Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus kepada umat manusia dihadirkan kembali yakni wafat dan kebangkitan- Nya melalui perayaan Ekaristi (SC, 6).
Dimensi ini juga dimaknai dalam bentuk tindakan Korban, Sakramen dan Perjamuan. Sebagai perayaan Korban, Ekaristi tidak hanya merujuk pengorbanan Yesus di atas Salib, awal dari mahligai keselamatan manusia, tetapi juga pada penyerahanNya yang total pada kehendak Bapa yang mengutus-Nya (EE,12-13). 

Sementara itu Ekaristi sebagai sakramen dimaknai sebagai perayaan saintifikasi Allah bagi umat beriman. Melalui sakramen Ekaristi yang bermanifestasi di dalam penerimaan Roti dan Anggur sebagai simbol dari tubuh dan darah Kristus, Gereja menyucikan umat beriman. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah” (SC, 59).

Ekaristi sebagai perayaan perjamuan dimaknai sebagai peringatan akan penyerahan diri Yesus kepada murid-muridNya untuk dimakan dan diminum dalam wujud Roti dan Anggur pada perjamuan Malam Terakhir. Penerimaan Tubuh dan darah Kristus dalam rupa Roti dan Anggur dalam Ekaristi tidak saja menjadi puncak dari perayaan ini tetapi juga yang membedakanya dengan perayaan liturgis yang lain di dalam tradisi gereja Katolik. 

Dengan kata lain, Ekaristi mempunyai relasi vertikal. Artinya perayaan ekaristi sanggup menghubungkan umat Allah dengan Tuhan melalui doa-doa, kehadiran imam sebagai in persona Christi capitis, sekaligus menghadirkan Tuhan bagi umat beriman yaitu melalui pewartaan sabda dan penerimaan tubuh dan darah Kristus. Dalam misa yang biasa (di gereja), tentu upaya menghadirkan dan merasakan kehadiran Tuhan itu relatif lebih gampang. Amat berbeda tentunya jika misa dilakukan secara daring.

Berkaitan dengan aspek-aspek fundamental Ekaristi, peneliti menanyai tiga hal berikut, yakni bagaimana umat merasakan kehadiran sabda Kristus, apakah homili membantu umat untuk mendalami sabda Tuhan dan apakah umat merasakan kehadiran Kristus melalui tubuh dan darahNya saat mengikuti misa daring. 

Forms response chart. Question title: 6. Apakah Anda merasakan kehadiran Sabda Kristus saat mengikuti misa daring?. Number of responses: 163 responses.
Grafik 5

Data menunjukan bahwa umat Allah yang menjadi responden mengaku merasakan kehadiran Tuhan melalui dua hal. Pertama, melalui sabda Tuhan yang diperdengarkan melalui homili oleh imam. Sebanyak 125 orang responden (77,2 persen) mengaku bahwa mereka selalu merasakan kehadiran Tuhan (86 orang) atau sering merasakan kehadiran Tuhan (39 orang). Di samping itu, terdapat 22 orang (13,6 persen) yang kadang-kadang merasakan kehadiran Tuhan melalui sabda yang diperdengarkan. Hanya 4,9 persen responden yang jarang merasakan kehadiran Tuhan tatkala sabda Tuhan diperdengarkan, dan 4,3 persen sama sekali tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam pembacaan sabda Tuhan tatkala perayaan ekaristi virtual berlangsung. Poin terakhir, meski persentasenya kecil, adalah sesuatu yang harus menjadi perhatian serius gereja. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mereka sama sekali tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam misa daring.
Forms response chart. Question title: 7. Apakah homili membantu Anda menyelami Sabda Tuhan saat mengikuti misa daring?. Number of responses: 163 responses.
Grafik 6

Sapaan sabda Tuhan juga dirasakan dalam homili yang disampaikan Imam saat misa daring. Sebanyak 127 orang responden mengatakan bahwa mereka terbantu oleh homili untuk menyelami Sabda Tuhan saat misa daring (93 responden menjawab selalu, 44 responden menjawab sering). Terdapat 15 orang responden (9,3 persen) yang mengaku hanya kadang-kadang terbantu dan 3 orang responden (1,9 persen) merasa jarang terbantu. Untuk 7 orang responden (4,3 persen) yang lain, homili dari imam saat misa virtual tidak menolong mereka mendalami Sabda Tuhan sama sekali.

Kedua, melalui kehadiran tubuh dan darah Kristus. Ajaran kristiani mengatakan roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus tatkala dilakukan konsekrasi oleh Imam dalam Perayaan Ekaristi, yang dikenal dengan istilah transubstantiation. Oleh karena itu, tatkala perayaan Ekaristi berlangsung, umat menerima tubuh dan Kristus secara ‘langsung’. 
Forms response chart. Question title: 8. Apakah Anda merasakan kehadiran Kristus melalui Tubuh dan Darah-Nya saat menghadiri misa daring?. Number of responses: 163 responses.
Grafik 7

Dalam konteks misa daring, 126 orang responden menyatakan bahwa mereka merasakan kehadiran Kristus melalui Tubuh dan Darah-Nya selalu (51 orang) dan sering (75 orang). Meski roti dan anggur yang merupakan tanda nyata kehadiran Kristus tidak mereka terima secara langsung, kehadiran Kristus diterima dalam bentuk doa kerinduan. Terdapat 22 orang (13,6 persen) di antara responden mengaku bahwa mereka kadang-kadang saja merasakan kehadiran Kristus dalam komuni yang mereka terima secara virtual. Di samping itu, 10 orang (6,2 persen) mengaku tidak sama sekali, dan 4 orang (2,5 persen) mengaku jarang merasakan kehadiran Tubuh dan Darah Kristus dalam misa daring.

Berhubungan dengan hal ini, sebagian umat berpendapat bahwa mereka merasakan satu ‘kekurangan’ besar dalam misa daring yakni mereka tidak bisa menerima tubuh Kristus, sebagaimana yang biasa terjadi dalam misa normal di gereja atau kapel. Poin ini dirangkum dari jawaban responden pada pertanyaan kesan umum dan harapan dalam mengikuti misa daring.

Bersambung....

Comments

ARTIKEL TERPOPULER

AKU MENCINTAIMU NAMUN AKU BERSALAH (6)

"Video Kontroversial: Pelecehan atau Simbol Toleransi?"

Arnold Janssen’s Intercultural Narration