Menari di Bawah Hujan

 
https://www.facebook.com/photo/

"Life isn't about waiting for the storm to pass ... it's about learning to dance in the rain" - (Vivian Greene? or Anonymous?) (Hidup bukanlah sekadar menunggu badai berlalu, tapi tentang belajar menari di bawah hujan).

Kutipan ini, jika benar dari Vivian Greene, mungkin bukan hanya tentang sekadar menunggu. Bukan sekadar menanti badai yang berlalu, melainkan narasi hidup yang menuntut pilihan antara ‘menunggu’ atau ‘berani menari di bawah hujan,’ meski harus membasahi diri.

Pada dasarnya, konsep ‘menunggu’ bisa berarti kehampaan jika tidak disertai tindakan. Menunggu tanpa berbuat apa-apa adalah membiarkan waktu berlalu tanpa hasil. Maka, pertanyaannya: apa gunanya menunggu jika yang ditunggu tak kunjung tiba, atau tak memberi harapan? Menunggu yang produktif, sebaliknya, dapat melahirkan makna dan karya.

Lalu, apa arti dari ‘belajar menari di bawah hujan’? Apakah mungkin? Mengapa tidak? Di tempat-tempat yang kekurangan air, menari dalam hujan adalah perayaan, saat langit akhirnya menumpahkan berkahnya. Menari mengikuti irama hujan, menghadapi gemuruhnya, bukanlah tindakan konyol, melainkan ekspresi kegembiraan yang muncul dari keberanian melawan tantangan.

Terkadang, kita harus menerima bahwa tidak ada jalan lain selain menjadi basah. Saat itulah kita perlu belajar menari di bawah hujan. Baik saat hujan badai maupun cuaca cerah, hidup harus terus berjalan.

Adagium klasik ini seolah mengajak kita untuk menikmati hidup meski berada di tengah badai kehidupan. Ketika kemarau panjang membuat dedaunan berguguran, atau badai pandemi Covid-19 membawa kehancuran dan kehilangan, itulah badai-badai yang akan—dan harus—berlalu.

Namun, menunggu dalam ketidakpastian memiliki harga yang mahal. Sama seperti menari dalam hujan, yang juga membawa risiko. Entah kita memilih menunggu dalam keraguan atau menari penuh semangat di tengah badai, itu adalah pilihan hidup. Jangan hanya terjebak dalam nostalgia dan menunggu; itu melelahkan. Gulung lengan bajumu, bahkan saat badai masih terasa ganas. Menarilah dengan berani, siap melawan hujan yang membuat tubuh basah kuyup dan kedinginan.

Jika ingin lebih menikmati tarian itu, bawalah payung, mantel, atau perlindungan yang kamu miliki, agar tarianmu tetap indah meski badai mengamuk.

Setebal apapun hujan turun, seorang penari tidak akan melupakan gerakan jemari dan langkah kaki yang telah dilatih berkali-kali.

Carilah teman untuk menari bersama, bukan lawan, agar setiap kekurangan saling melengkapi, menciptakan koreografi yang spektakuler.

Namun, jika sudah berani menari di bawah hujan, nikmatilah. Belajarlah menikmati irama gemericik hujan yang menyentuh bumi.

(#SemogaBadaiCepatBerlalu#)

Comments

ARTIKEL TERPOPULER

AKU MENCINTAIMU NAMUN AKU BERSALAH (6)

"Video Kontroversial: Pelecehan atau Simbol Toleransi?"

Arnold Janssen’s Intercultural Narration