AKU MENCINTAIMU NAMUN AKU BERSALAH (3)

Di Mana pun Aku Berada, Kamu Masih Milikku

Pernikahan Michael dan Lois berada di ambang kehancuran. Keduanya telah mempertimbangkan berbagai "alternatif" untuk masa depan yang semakin tidak pasti. Di tengah kepahitan cinta yang kian menumpuk, Michael memutuskan untuk pergi tanpa pamit, menghilang ke sebuah pulau eksotis selama berbulan-bulan, meninggalkan Lois tanpa satu pun pesan.

Kepergian Michael yang tiba-tiba dan tanpa penjelasan membuat Lois semakin tenggelam dalam depresi. Dalam kesendiriannya, Lois bertanya, "Akankah Michael berubah? Apakah dia pernah mencintaiku?"

"Manusia adalah makhluk dinamis," Lois mengulang kutipan yang pernah ia baca, mencoba menenangkan hatinya yang penuh keraguan.

Di balik rasa sakit, ia masih menyimpan harapan bahwa Michael akan berubah. Namun, di saat yang sama, bayangan masa depan tanpa cinta terus menghantui pikirannya. "Bagaimana jika Michael tak pernah mencintaiku? Apakah aku harus bertahan dalam penderitaan ini seumur hidup?"
"Ah... aku tak boleh terlalu banyak berandai-andai," gumamnya, berusaha menghentikan pikirannya yang tak henti berkecamuk.

Dalam keheningan yang mendalam, Lois mendongak ke langit, berdoa—tanpa tahu kepada siapa. Ia hanya ingin menenangkan jiwanya yang kacau.

Setelah melewati pergulatan batin yang panjang, Lois akhirnya berani mengambil keputusan: meninggalkan Michael. "Sekarang atau tidak sama sekali," katanya dalam hati, menguji keberaniannya. 

Ia tahu bahwa perpisahan ini bukanlah pilihan ideal, tapi demi kedamaian batinnya, Lois yakin ini adalah keputusan terbaik untuk mengakhiri penderitaannya. Sebelum pergi, ia menulis surat terakhir untuk Michael, penuh emosi dan kejujuran:

"Michael, kekasih jiwaku. Cintaku padamu tak pernah pudar, seperti aliran air yang terus mengalir, jernih seperti embun pagi, meskipun cintamu terasa hambar. Hari ini, aku memilih untuk membuatmu bahagia. Aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang depresi pernikahan kita. Selama tujuh tahun, aku bertahan karena obsesiku dan ketidakmauanku melepaskanmu. Hari ini adalah hari pembebasan kita. Kamu bebas menjalani hidupmu, melakukan apa yang kamu inginkan. Tapi ingatlah, di mana pun aku berada, kamu masih milikku. Dengan cinta, Lois."

Pada halaman berikutnya, Lois melampirkan surat cerai yang telah ditandatangani, bersama sertifikat pernikahan mereka. Bagi Lois, ini adalah akhir dari perjalanan pernikahan yang pernah ia bayangkan akan bertahan selamanya. Kisah cinta yang dulu indah kini berubah menjadi kenangan pahit yang harus ia lepaskan.

Sedih, menyakitkan, tapi juga membebaskan.

Lois bergumam, “Apa artinya tinggal serumah dan dikenal sebagai suami istri, jika cinta tak pernah benar-benar ada?”

Kini, sebagai seorang perempuan yang merdeka, Lois membiarkan Michael menjalani kehidupan bebasnya. Ia tak lagi mau menjadi 'penjajah' dalam rumah tangga mereka. Ironisnya, selama ini justru Lois yang terperangkap dalam penderitaan tanpa akhir.

(Bersambung...)

Comments

ARTIKEL TERPOPULER

AKU MENCINTAIMU NAMUN AKU BERSALAH (6)

"Video Kontroversial: Pelecehan atau Simbol Toleransi?"

Arnold Janssen’s Intercultural Narration