THE EYES OF DARKNESS: SEBUAH REVIEW (2)

Otentisitas Cinta Seorang Ibu

Terdorong oleh debaran segara cinta yang mendalam terhadap anaknya, Tina tidak pernah berhenti berharap dalam konstruksi imajinasi dan blantika pikirannya. Sejumput harapan yang tak pernah lentur dan lekang oleh waktu, mendesaknya untuk membidik seribu satu cara untuk menemukan Danny. Paling kurang ‘menyingkap’ misteri dan desas desus kematian anak itu. Hal itu terbersit di dalam strategi perlawanannya.

Strategi pertama, memburu barrister profesional. Di tengah kesibukannya sebagai pebisnis show, ia diperkenalkan sahabat karib stafnya, seorang pengacara handal, Elliot Stryker, mantan intelijen.
Elliot menceiterakan secara eksplisit kronologi kematian Danny, termasuk nightmares yang menggerogoti Tina. Tina menjadikan perjumpaan dengan Danny, meski dalam mimpi, sebagai ‘fakta tambahan’. Elliot merasa yakin bahwa Danny masih hidup.


Konsistensi Tina menuruti instruksi-instruksi telekinesis Danny didorong oleh otentisitas cintanya kepada dia. Baginya, apapun tantangan yang dijumpai, demi putranya, siap ia hadapi bahkan sampai harus menaruhkan nyawa. Inilah gambaran cinta yang otentik seorang Ibu terhadap anak.


Bersama Elliot, Tina menghimpun barang bukti sebanyak-banyaknya untuk membongkar misteri kematian tersebut. Dua cara ditempuh yakni menggali pusara Danny dan meminta keterangan kepala Rumah Duka yang memberikan sertifikat kematian Danny di sebuah tempat namanya Reno.

Mekanisme penggalian pusara harus disetujui kepala Jaksa, Jack Kennebeck. Tak lama usai berkonsultasi dengan Kennebeck, Elliot malah diserang secara brutal oleh dua oknum tak dikenal. Elliot luput dari musibah tersebut. Hampir pada saat bersamaan, rumah Tina Evans terbakar akibat ledakan gas yang sengaja dirancang oleh komplotan Jack Kennebeck.

Sementara itu, keterangan dari kepala Rumah Duka gagal diperoleh karena ia sudah terlebih dahulu ditembak mati oleh tim rahasia Jaksa Kennebeck. Kennebeck tidak ingin rahasia peristiwa ‘kematian’ Danny tersingkap ke publik. “Peristiwa kematian’ itu adalah rahasia negara yang wajib dijaga dengan super ketat oleh aparat hukum dan intelijen negara. Kalau ada orang yang berusaha untuk membongkar peristiwa tersebut harus segera dilenyapkan.

Strategi lain yang dilakukan oleh Tina adalah menuruti ‘instruksi’ telekinesis Danny. Instruksi itu diikutinya secara konsisten. Kegagalan strategi pertama menggantungkan harapan satu-satunya pada ‘kebenaran’ dan ‘kemanjuran’ imajinasi dan mimpinya tentang Danny. 

Tinapun secara konsisten menyakinkan pengacaranya bahwa apa yang dikatakan Danny di dalam mimpi benar adanya. Elliot kerap kali menantang Tina karena menilai bahwa ‘mimpi-mimpi’ tersebut tidak cukup kuat untuk dipercaya kesahihannya. Bahkan Elliot berpendapat bahwa semua itu bisa saja produksi imajinasi dari Tina sendiri.

Cinta obsesif yang tak pernah surut, mendorongnya nekat berangkat ke suatu tempat yang berada nun jauh di sana, yang digadang-gadang sebagai lokasi penyanderaan Danny. Untuk sampai ke tempat unknown (belum diketahui) tersebut bukan perkara mudah. Mereka harus menyusuri padang hutan belantara.

Dalam perjalanan, banyak tantangan yang dijumpai; mulai dari ketidakjelasan arah, keadaan jalan rusak, licin bersalju sampai pada ketiadaan makanan, termasuk godaan bercinta lagi seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Tina tidak mengenal kosa kata menyerah. Ia yakin seratus persen bahwa Danny akan selalu ‘membantu’ mereka dalam penjelajahan tersebut. Penulis menggambarkan mereka sebagai pengembara sejati.

Tempat yang dicari pun perlahan tersingkap, setelah melewati sebuah perjalanan yang melelahkan. Terpampang tulisan Military Research (Penelitian Militer-Laboratorium Senjata Kimia dan Biologi). Keduanya menyadari bahwa mereka sedang berada di suatu tempat yang ‘tidak biasa’. Tantangan pun semakin sulit.

“Bagaimana mungkin bisa memasuki ke dalam tempat tersebut tanpa identitas diri”? Mustahil. Tetapi, tujuan mereka bukan untuk melihat tempat itu lalu pulang. Mereka harus bisa masuk dan menemukan Danny. Elliot menyadari bahwa mereka berada dalam situasi genting - antara hidup atau mati.

Setelah melewati ‘peperangan’ melawan petugas keamanan di dalam laboratorium itu, mereka akhirnya menemukan Danny dan ia MASIH HIDUP. Ia ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan. Tubuhnya terlihat kaku, kurus kerempeng dan wajahnya tampak lebih tua.

Konsistensi Tina menuruti instruksi-instruksi telekinesis Danny didorong oleh otentisitas cintanya kepada dia. Baginya, apapun tantangan yang dijumpai, demi putranya, siap ia hadapi bahkan sampai harus menaruhkan nyawa. Inilah gambaran cinta yang otentik seorang Ibu terhadap anak.

Bersambung.....

Comments

ARTIKEL TERPOPULER

AKU MENCINTAIMU NAMUN AKU BERSALAH (6)

"Video Kontroversial: Pelecehan atau Simbol Toleransi?"

Arnold Janssen’s Intercultural Narration